Sewindu Itu Delapan Tahun
Lucu.
Ketika aku harus mengucap Pisah
Padahal tidak pernah bersama.
Sedih.
Ketika aku harus mengucap Lupa
Padahal sekalipun kamu tidak pernah mengingat.
Perih.
Ketika aku harus mengucap Selamat tinggal.
Kepada pertemuan-pertemuan kita.
Padahal kita tidak pernah benar-benar mempertemukan diri karena kita ingin.
Tapi karena kita harus. Pertemuan yang dipaksakan.
Jantungku berdegup lebih kencang setiap mendengar namanya.
Membayangkannya denganmu.
Membayangkan aku,
Yang bagimu tidak pernah benar-benar ada,
Menjadi benar-benar tidak ada.
Dari semua wanita, mengapa dia?
Jangan balik tanya, "Dari semua pria, mengapa saya?"
Hampir sewindu, tidakkah kamu menyadarinya?
Pernahkah kau mencoba memahaminya?
Tidakkah kau berani untuk mencobanya?
"Karena kamu adalah sempurna," begitu akan jawab saya.
Pahit!
Ketika aku harus mengerti bagaimana rela melepas pergi,
Pada sesuatu yang tidak pernah sempat dimiliki.
Sakit.
Ketika aku harus ditolak,
Padahal menyatakan saja tidak pernah.
Kau menjadi level permainan yang tidak akan pernah bisa aku lewati. Jadi kurasa, kita memang hanya akan sebatas ini. Tidak ada gunanya aku
Berusaha mengguncang bahumu hanya agar kau sadar
Aku disini! Selalu disini. Menunggu - entah apa, darimu.
Kamu memaksaku menyerah tanpa pernah tahu seberapa sulit aku berusaha. Entahlah, tapi aku lega. Bisa berhenti mencintai sesuatu yang tidak pernah mencitaiku.
Komentar
Posting Komentar