Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

I Saw the Truth

Gambar
Just so true to be ignored Today, I saw the truth. Manusia itu, makhluk paling luar biasa. Mereka punya sesuatu yang spesial, yang nggak bisa digantiin sama blue collar Astro Boy atau Matrix of Leadership- nya Transformers. Manusia punya sesuatu yang disebut akal budi,hati yang punya  feelings - not instings, dan kemampuan berekspresi yang luar biasa bagus. Manusia itu, indah. Manusia butuh bantuan orang lain. Manusia enggak bisa hidup sendiri. Manusia makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain disekitarnya. Itulah mengapa ada Hawa ketika Tuhan membuat Adam, karena Adam butuh teman yang sejenis dengannya. Manusia. Bukan binatang-binatang. Manusia butuh teman sesama manusia.   Itu kata mereka. Tapi gue menemukan sesuatu yang lain hari ini. Manusia memang butuh orang lain, butuh teman, butuh kekasih, butuh kehadiran orang-orang dalam hidupnya. Tapi pada akhirnya, manusia akan sendirian. Semua keputusan yang diambil manusia, balik-baliknya ke man

Dia yang Tak Pernah Benar-benar Kembali

Gambar
Everybody's Changing - Keane Hari ke sepuluh. Badai. Gue. Yang terlalu melekat. Dan tidak mau menghadapi kenyataan bahwa semua sudah berubah, dan tidak bisa melakukan apa-apa. Dia. Baik-baik saja. Selalu begitu. Sedang menarik jangkar bersiap untuk pergi. Gue. Menatap ke perbatasan langit dan laut. Diam. Dia. Menepuk punggung gue dengan rasa persahabatan, dan berkata, "Ayo kita melupakan kita, " Gue. Menangis. Diam. Menatap kedepan. Dia. Tersenyum. Punggung kokohnya tenang. Dia damai. Seperti yang selalu gue doakan. Getir.  Didepan sana ada badai. Hujan deras. Angin kencang. Awan tebal. Percaya kan kalau dibalik itu semua, ada matahari cerah, laut tenang, angin sejuk, dan pelangi besar yang cantik? Gue, menganggukkan kepala. Walaupun hati gue menggeleng terlalu keras sampai-sampai gue khawatir dia akan melihatnya. Saat itu hujan turun. Deras. Membasahi kita. Baguslah. Kali ini kau tidak perlu melihat aku menangis.

Hukum Kekekalan

Gambar
Bahwasannya tidak ada sesuatu pun yang kekal diatas bumi ini, kecuali yang bernama kasih. Hari ke-7.  Malam memang selalu bisa menjadi teman yang baik, walaupun tidak jarang dia menusuk dari belakang. Seperti pada malam yang membawanya pergi jauh, terbang pergi ke negeri yang tidak pernah ada. Malam pulalah yang dengan lembut mendekapnya, membawanya pulang. Memberikan kembali sesuatu yang hilang, mengembalikannya sedikit demi sedikit. Malam menyeka air mata di pipi ini dengan saputangan hitamnya yang halus tanpa  pernik bintang. Malam yang membisikkan dongeng manis pengantar tidur, sebuah lullaby yang membuai dan menenangkan. Seperti saat malam membisikkan semua ketakutan dan lagu pilu patah hati yang mendengung keras di telinga, mendatangkan mimpi buruk yang terus berputar-putar di kepala. Entah ini bisa disebut kembali atau tidak. Rasanya pertanyaan mainstream seperti "Apa kabar" hanya akan menyita waktu malam kita. Dimana akupun selalu tahu bahwa kabarmu

3....2....1.....Ssstttt!!!!!

Gambar
I've never heard silence quite this loud. Hari ke-6. Minggu kelabu. Sudah 15 hari berlalu sejak ajakanmu terakhir untuk bermain bersamaku. "Hai, aku bosan. Bagaimana kalau kita bermain?" "Hmmmm....boleh deh. Aku juga bosan. Kita mau main apa tapi?" "Aku nggak tau. Terserah kamu aja, deh!" "Ih kok terserah? Kan kamu yang ngajak aku main..... Kamu mau main kartu? Monopoli? Petak umpet? Bentengan? Layang-layang? Sepeda? Komputer? Kamu mau main apa?" "Ah.........aku sudah bosan dengan permainan seperti itu!" "Haah kamu membingungkan! Kalau begitu aku nggak tahu lagi, deh. Kamu mau main apa dong?" .............................................................................. "Aha! Aku tahu! Gimana kalau kita main 3...2...1....Sssstttt?" "Hah? Permainan  apa itu? Aku belum pernah dengar..." "Hampir sama seperti petak umpet! Bedanya kalau petak umpet, kamu sembunyi, aku mencari."

Shadow

Gambar
Dua hari. Baru dua hari. Seperti menonton horror di siang bolong. Hari kedua di tahun yang baru ini, bayangan itu muncul. Bayangan hitam, besar, bayangan jahat yang membayangi pikiran-pikiranku, membuat perutku mulas dan mual. Membuat semangatku patah, badan menjadi lesu, dan lagi, aku kehilangan cahayaku. Membuat pikiranku gelap, membuyarkan pelangi berwarnaku menjadi kelabu. Membuat sebuah tembok bernama kebahagiaan yang bahkan belum selesai ku bangun, runtuh seketika. Sepuluh hari berlimpah cahaya, seketika semua cahaya itu redup. Seperti kunang-kunang yang terbang berhamburan dari semak karena terusik. Seperti dedaunan di pohon kering pada musim gugur yang tertiup angin. Seperti hujan, turun tanpa bisa dikendalikan. Membasahi apa saja, siapa saja, dimana saja. Seperti gelap dan kesunyian yang mencekam dan mencengkram. Mematahkan hati, mengeringkan tulang. Hilang. Semua hilang. Karena dia kembali. Bayangan itu. Bayangan itu, datang. Datang tanpa diminta. Datang