Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Sewindu Itu Delapan Tahun

Gambar
Lucu. Ketika aku harus mengucap Pisah Padahal tidak pernah bersama. Sedih. Ketika aku harus mengucap Lupa Padahal sekalipun kamu tidak pernah mengingat. Perih. Ketika aku harus mengucap Selamat tinggal. Kepada pertemuan-pertemuan kita. Padahal kita tidak pernah benar-benar mempertemukan diri karena kita ingin. Tapi karena kita harus. Pertemuan yang dipaksakan. Jantungku berdegup lebih kencang setiap mendengar namanya. Membayangkannya denganmu. Membayangkan aku, Yang  bagimu tidak pernah benar-benar ada, Menjadi benar-benar tidak ada. Dari semua wanita, mengapa dia? Jangan balik tanya, "Dari semua pria, mengapa saya?" Hampir sewindu, tidakkah kamu menyadarinya? Pernahkah kau mencoba memahaminya? Tidakkah kau berani untuk mencobanya? "Karena kamu adalah sempurna," begitu akan jawab saya. Pahit! Ketika aku harus mengerti bagaimana rela melepas pergi, Pada sesuatu yang tidak pernah sempat dimiliki. Sakit. Ketika aku harus ditolak, Pad

Lukaku Kakukaku

Gambar
Selang waktu berjalan, kau kembali datang. Tanyakan keadaanku. Kubilang, "Kau tak berhak tanyakan hidupku. Membuatku semakin terluka!" Jatuh kepadamu menimbulkan luka yang cukup dalam, membekas pada hatiku. Coba bayangkan luka sungguhan. Berdarah, perih, sakit, beberapa menangis karenanya. Namun aku tidak menangis, karena aku pernah mengalami yang lebih parah sebelumnya. Atau sebetulnya sakit -- namun aku memilih untuk tidak merasakannya. Lukaku tidak akan sembuh jika kamu terus berada di dekatku. Menjauh darimu sudah membuat lukaku yang tadinya basah, bernanah, menjadi kering. Keringnya menimbulkan rasa gatal. Ingin kugugaruk, tapi semakin kugaruk hanya akan menambah parah lukanya. Saat akhirnya aku menyerah kepada lukaku dan menggaruknya, ternyata ia terbuka lagi dan berdarah lebih parah. Memperlambat penyembuhanku. Pagi ini aku bangun, melihat namamu di layar handphone ku. Jangan lupa, aku melihat namanya juga. Aku tersenyum pahit. Gatal rasanya untuk membalas pes